Mitos menurut Ati Harmoni (1992:5) Pada awal prasejarah kemampuan manusia masih
terbatas, baik keterbatasan pada peralatan maupun keterbatasan pemikiran.
Keterbatasan peralatan menyebabkan pengamatan menjadi kurang seksama, dan cara
berpikir yang sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan
kesimpulan yang kurang tepat. Dengan demikian pengetahuan yang terkumpul belum
dapat memberikan kepuasan terhadap rasa ingin tahu manusia, dan masih jauh dari
kebenaran.
Untuk menjawab keingintahuan tentang alam, manusia menciptakan mitos. Mitos
merupakan cerita yang dibuat-buat atau dongeng yang pada umumnya menyangkut
tokoh kuno, seperti dewa atau manusia perkasa, yang ada kaitannya dengan apa
yang terdapat di alam.
Mitos
pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas
binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan
sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga
yang berasal dari luar negeri.
Contoh:
“Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban
bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu
bidadari. Contoh lain: “Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya,
manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu
sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan
adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar,
matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana
bulan.
Secara
garis besar dapat dibedakan 3 macam mitos, yaitu mitos sebenarnya,
cerita rakyar, dan legenda.
Legenda
(bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang
mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu,
legenda sering kali dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history).
Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami
distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Contohnya:
- · Tangkuban perahu yang berlokasi di kota Bandung, sebagai hasil perwujudan kemarahan sangkuriang yang telah gagal dalam mewujudkan pinta calon pinangannya yang merupakan ibu kandungnya sendiri.
- · Sangkuriang
- · La Madukelleng
- · William Tell
- · Lutung Kasarung
Cerita
rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki
Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu
kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh
yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang,
manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa
dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan
pendidikan moral.
Contohnya :
- · Malin Kundang
- · Si Pitung
- · Timun Mas.
Penalaran dan Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Ati Harmoni (1992:5) Kegiatan untuk memperoleh atau menemukan
pengetahuan yang benar disebut berpikir,sedagkan proses berpikir
dalam menarik kesimpulan yang benar disebut penalaran.Pengetahuan
yang diperoleh tidak berdasarkan penalaran digolongkan pada pengetahuan yang
non ilmiah atau bukan ilmu pengetahuan.
Terdapat beberapa cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak
berdasarkan penalaran,yaitu:
- 1. Prasangka, pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan
- 2. Intuisi, kegiatan berpikir yang tidak analitis, tidak berdasarkan pola berpikir tertentu. Pandangan batiniah yang serta merta tembus mengenai suatu peristiwa atau kebenaran, tanpa penurutan pikiran.
- 3. Coba-ralat atau trial and error, suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan.
Syarat ilmu pengetahuan
Menurut Ati Harmoni
(1992:6) Tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu atau ilmiah,
adalah:
- Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, atau didukung metodik fakta empiris
- Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
- Berlaku umum/universal, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Bagaimana Manusia Mudah Menerima
Mitos?
Dalam
mitos sebenarnya manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan
imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, namun belum tepat karena
kurangnya pengetahuan, sehingga orang mengkaitkannya dengan seorang tokoh atau
dewa. Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia mengisahkan
peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat, biasanya juga
disampaikan dari mulut ke mulut sehingga sulit diperiksa keberadaannya. Dalam
mitos sebagai legenda, dikemukakan tentang seorang tokoh yang dikaitkan dengan
terjadinya suatu daerah. Pada masa prasejarah tersebut, mitos dapat diterima
dan dipercaya kebenarannya karena:
1. Keterbatasan
pengetahuyan yang disebabkan karena keterbatasan pengindraan, baik langsung
maupun dengan alat.
2. Keterbatasan penalaran
manusia pada saat itu.
3. Hasrat ingin tahunya
terpenuhi.
Karena kemampuan berfikir manusia makin maju
dan disertai pula dengan perlengkapan pengamatan yang makin baik, mitos dengan
berbagai legendanya mulai ditinggalkan. Orang mulai menggunakan akal sehat
serta rasionya untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang alam