Jumat, 11 November 2016

Museum Satria Mandala



ILMU BUDAYA DASAR

MUSEUM SATRIA MANDALA






Adhim Faiz 10516130
Asyavira Yulia 11516167
Dani Maharani 1151694
Diga Muhammad R.J 12516006
Kania Andriyanti 13516810





Museum pusat ABRI merupakan gedung yang besar dan megah. Gedung ini dahulu bernama Wisma Yaso, terletak di Jln. Gatot Subroto, Jakarta Selatan dan dibangun pada tahun 1960. Semula gedung ini merupakan tempat kediaman Nyonya Ratna Sari Dewi Sukarno, salah satu isteri Presiden Sukarno. Gagasan untuk mendirikan museum ABRI dicetuskan oleh Kepala Pusat Sejarah ABRI saat itu, Drs. Nugroho Notosusanto. Pembangunannya dimulai sejak 15 November 1971, dan baru selesai pada tahun 1979, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 5 Oktober 1972. Museum Satria Mandala berada di dalam lingkungan Pusjarah TNI dan menampilkan secara visual tahapan-tahapan perjuangan rakyat Indonesia.

Tujuan didirikannya museum untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa bersejarah dari perjuangan bangsa Indonesia yang berintikan TNI/ABRI sejak Proklamasi 1945 yang berisi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya sejarah perjuangan TNI dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan, serta menyimpan dan memamerkan benda-benda peninggalan yang memiliki aspek Hankam/ABRI. Satria Mandala berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya lingkungan keramat para ksatria.

Dalam museum ini dapat ditemui berbagai koleksi peralatan perang di Indonesia, dari masa lampau sampai modern seperti koleksi ranjau, rudal, torpedo,tank, meriam bahkan helikopter dan pesawat terbang (satu diantaranya adalah pesawat Cureng yang pernah diterbangkan oleh Marsekal Udara Agustinus Adi Sucipto) serta tandu yang dipergunakan Panglima Besar Jenderal Sudriman saat bergerilya melawan penjajah yang konon tandu ini diperkirakan telah menempuh jarak lebih dari 1.000 km.

Selain itu museum ini juga menyimpan berbagai berbagai benda bersejarah yang berkaitan dengan TNI seperti aneka senjata berat maupun ringan, atribut ketentaraan, panji-panji dan lambang-lambang di lingkungan TNI. Selain itu di museum ini dipamerkan juga tandu yang dipergunakan untuk mengusung Panglima Besar Jenderal Soedirman saat dia bergerilya dalam keadaan sakit melawan pendudukan kembali Belanda pada era 1940-an.

Masih dalam kompleks Museum TNI Satriamandala ini terdapat juga Museum Waspada Purbawisesa yang menampilkan diorama ketika TNI bersama-sama dengan rakyat menumpas gerombolan separatisDI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan pada ear tahun 1960-an. Fasilitas lainnya yang ada di Museum TNI Satria Mandala ini antara lain adalah Taman Bacaan Anak, Kios Cinderamata, Kantin serta Gedung Serbaguna yang berkapasitas 600 kursi.

Di Satria Mandala Terdapat Ruangan Seperti :


1. Ruang Diorama
Kemudian memasuki lorong yang berisi diorama menggambarkan peristiwa dan perjuangan TNI, berjumlah 74 diorama. Ada banyak diorama yang menceritakan peristiwa-
peristiwa seputar perjuangan rakyat Indonesia dalam masa perang kemerdekaan. Menggambarkan tentang sejarah kelahiran Tentara Nasional Indonesia (TNI). Yang di dalamnya terdapat Gedung Waspada Purbawisesa yang menyajikan diorama yang menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama rakyat dalam menumpas gerombolan separatis DI/TII. Diorama yang menggambarkan peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Peristiwa ini berlangsung pada pukul 10.00 WIB dan bertempatan di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ir. Soekarno didampingi dengan Moh. Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya. Lanjut ke ruangan diorama II yang isinya kurang lebih sama dengan ruangan diorama. Di ruangan ini, terdapat diorama yang menggambarkan perebutan Pangkalan Udara Bugis Malang. Perisitwa ini terjadi pada tanggal 18 September 1945. Jadi sejarahnya pangkalan udara Bugis diserbu dan berhasil diduduki oleh rakyat.

2. Ruangan Jendral Soedirman
Mengenai sejarah singkat kehidupan Panglima Besar Soedirman, beliau lahir pada tanggal 24 Januari 1946 di dukuh Rembang, Purbalingga. Sejak bayi diambil sebagai anak oleh Tjokrosunaryo, seorang pensiuanan Wedana. Dalam usia 7 tahun Soedirman memasuki HIS ( Hollands Inlandsche School = SD ) Negeri Cilacap. Menurut beberapa sumber, setelah lulus dari HIS, Sudirman kemudian masuk ke Taman Dewasa (SLTP di Taman Siswa).

Tahun 1932 Ia masuk MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs = SMP) Wiworo Tomo. Pada masa pendudukan Jepang, tahun 1944 Ia mengikuti latihan PETA (Pembela Tanah Air) angkatan kedua di Bogor. Sesudah itu ia diangkat menjadi Daidanco (Komandan Batalyon) yang berkedudukan di Kroya, Banyumas. Ia tetap berada di Kroya waktu kemerdekaan Indonesia diproklamerkan. Sebagai ketua BKR (Badan Keamanan Rakyat) Karesidenan Banyumas dimulailah usahanya merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Dengan dibentuknya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) maka secara otomatis BKR Banyumas meleburkan diri ke dalamnya. Soedirman diangkat menjadi Komandan Divisi V (daerah Banyumas) .

Serangan umum yang dilancarkan Soedirman pada tanggal 12 Desember 1945, membuahkan kemenangan di dalam pertempuran Ambarawa melawan pasukan serikat. Atas
kemenangan tersebut Pemerintah melantik Soedriman sebagai Panglima Besar pada tanggal 18 Desember 1945 dengan pangkat Jenderal. Ketika Belanda melancarkan agresinya yang kedua tanggal 19 Desember 1948 dalam keadaaan sakit Jenderal Soedirman masih tetap berjuang bersama anak buahnya dengan ditandu. Selama itu pula Belanda tak bisa menangkap Jenderal Soedirman dengan semboyan perjuangannya,” Sanggup mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia yang telah diproklamerkan pada tanggal 17 Agustus 1945,” selain itu juga ada sebuah kursi tandu koleksi Museum Satria Mandala, yang digunakan untuk mengangkut Jenderal Soedirman ketika bergerilya melawan tentara Belanda semasa perang kemerdekaan. Jenderal Soedirman memimpin gerilya selama delapan bulan antara tahun 1948-1949, dengan menempuh jarak sekitar 1000 km di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

3. Ruangan Jendral Urip Sumoharjo.
Adalah tokoh yang berjasa dalam membangun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Perannya dalam membentuk angkatan perang yang kuat dan modern untuk melindungi bangsa Indonesia cukup sentral. Karena itu bersama jendral Soederman, Jendral Urip Sumoharjo sebagai Bapak Angkatan Perang Republik Indonesia.

4. Ruang Diorama
Kemudian memasuki lorong yang berisi diorama menggambarkan peristiwa dan perjuangan TNI, berjumlah 74 diorama. Ada banyak diorama yang menceritakan peristiwa-peristiwa seputar perjuangan rakyat Indonesia dalam masa perang kemerdekaan. Menggambarkan tentang sejarah kelahiran Tentara Nasional Indonesia (TNI).

5. Gedung Waspada Purbawisesa
Yang di dalamnya terdapat Gedung Waspada Purbawisesa yang menyajikan diorama yang menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama rakyat dalam menumpas gerombolan separatis DI/TII. Diorama yang menggambarkan peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Peristiwa ini berlangsung pada pukul 10.00 WIB dan bertempatan di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ir. Soekarno didampingi dengan Moh. Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya. Lanjut ke ruangan diorama II yang isinya kurang lebih sama dengan ruangan diorama. Di ruangan ini, terdapat diorama yang menggambarkan perebutan Pangkalan Udara Bugis Malang. Perisitwa ini terjadi pada tanggal 18 September 1945. Jadi sejarahnya pangkalan udara Bugis diserbu dan berhasil diduduki oleh rakyat.


6.  Ruangan Jendral Urip Sumoharjo.
Adalah tokoh yang berjasa dalam membangun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Perannya dalam membentuk angkatan perang yang kuat dan modern untuk melindungi bangsa Indonesia cukup sentral. Karena itu bersama jendral Soederman, Jendral Urip Sumoharjo sebagai Bapak Angkatan Perang Republik Indonesia.

 7. Ruang Tanda Jasa

Pada ruang tanda jasa ini berisi mengenai mendali-mendali penghargaan yang di berikan kepada orang yang berjasa membela negara Indonesia. Selain itu juga berisi mengenai berbagai jenis bintang, lencana lengkap dengan pakaian yang pernah di gunakan pada zaman dahulu yang dipergunakan oleh TNI.

Dan untuk bisa masuk ke dalam Museum Satria Mandala ini, kita cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 5,000, bila kita membawa kamera juga di hitung biaya partisipasi sebesar Rp. 10,000 dan biaya parkir mobil Rp. 5,000 motor Rp. 2,000.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Believe and Journey

Believe and Journey
You'll learn, as you get older. Some beautiful paths
can't be discovered without getting lost,
laught in the face of adversity.
Yes i'm seeking for someone, to help me.
So that some day i will be the someone
to help some other one.

Great Love

Great Love
In this life we cannot always do great things.
But we can do small things with great love.

Dad & Mom

Dad & Mom
Having a place to go – is a home.
Having someone to love – is a family.
Having both – is a blessing.